Intisari-Online.com - Ingin menikmati sore sambil menghirup secangkir kopi? Kopi Tiam Ong jawabannya.
Penyuka barang
antik
pasti terkejut-kejut saat memasuki keda kopi ini. Ya, interior kedai ini
dihiasi dengan beberapa barang antik. Seperti setrika ayam jago. Bahkan
untuk meja kasir digunakan mesin jahit yang dalam posisi tidak
digunakan. Mesin jahitnya dimasukkan ke kotaknya sehingga tertinggal
rangka meja yang di atasnya ditaruh mesin hitung. Sedangkan perabotan
yang digunakan adalah perabotan Cina peranakan.
Ruangannya tidak begitu luas. Terlebih tiga
pilar
besar membelah ruangan menjadi dua. Ada 12 meja dengan 4 kursi
masing-masing mengelilingi meja yang beralaskan pualam itu. Di atas ada
sangkar burung berisi lampu dengan kerudung merah menambah keantikan
bangunan kuno ini.
Kedai kopi ini terbilang masih baru. Dibuka pada tanggal 9 September
2009. Ya, kombinasi angka 9 diharapkan memberikan berkah sebagaimana
simbolisasi angka 9 sebagai angka kesempurnaan. Namun begitu, Ong
Sun Ching
alias Salimin Djohan Wong, MBA, sudah mewarisi usaha kopi dari kakeknya. Pembelian gedung itu sendiri sudah terjadi tahun 2008.
Dengan nama Kopi Tiam Ong, jelas jualan utamanya kopi. Racikan kopi
di Kopi Tiam Ong diawali dari pasokan jenis kopi yang baik. Kemudian
kopi tersebut disimpan selama lima tahun. Ketika ada yang mau beli, baru
kopi itu digiling. “Racikan kopi yang baik dan enak itu melalui upaya
yang tidak singkat. Racikan demi racikan dicampur; Robusta dan Arabika
dengan porsi yang beragam, hingga ditemukan campuran yang pas sesuai
ciri khas Kopi Tiam Ong,” ujar Salimin (
medantalk.com).
Tanpa gula
Yang jadi unggulan di sini, menurut Dini – salah seorang staf Kopi
Tiam Ong – adalah kopi hitam. Ong sendiri memperoleh pasokan kopi dari
Sidikalang, Sidamanik, Takengon, Mandailing, dan Jawa. Yang dari
Takengon adalah kopi luwak. Ini adalah kopi yang dimakan luwak dan
dikeluarkan bersama kotorannya. Tak jauh dari meja
barista atau peracik kopi kita bisa melihat bentuk asli kopi luwak sebelum diolah.
Kenikmatan minum kopi ditentukan oleh dua hal. Pertama, aroma kopi sebelum diminum. Kedua,
cita
rasa kopi yang lengket di lidah dan perlahan-lahan melewati tenggorokan
lalu masuk perut. Oleh sebab itu, menurut Dini, cara minum kopi yang
benar adalah dihirup dulu, lalu diseruput pelan-pelan. “Yang benar tanpa
gula, karena rasa kopi tidak terganggu. Namun kalau belum terbiasa
tambahkan gula seperlunya,” kata Dini. Agar tak menimbulkan sakit perut
karena minum kopi ketika lapar, tingkat keasaman berlebih dari kopi
robusta dihilangkan.
Dengan konsep terbuka, kita bisa melihat peracik kopi mempersiapkan
kopi yang kita pesan. Mulai dari menggiling, menaruh di gelas logam
nikel dan ditutup lalu dikocok-kocok, sampai disaring dan dimasukkan ke
dalam gelas yang siap diantar ke meja kita.
Sebagai teman minum kopi ada beberapa penganan yang siap dipesan.
Dari yang ringan sampai berat. Misalnya pisang goreng saus karamel.
Pisang goreng yang di atasnya dilumuri saus karamel dan kacang. Atau
pancake Nyonya Ong.
Agak sedikit berat bisa dicoba salad popiah. Ini menu masakan
tradisional Cina. Campuran sayuran wortel, buncir, dan udang ditaruh
dalam cungkup yang terbuat dari pangsit goreng. Lalu ditaburi bawang
goreng. Bentuknya mirip kue bolu. Rasanya mak krenyes. Gurihnya udang
menimpali gurihnya pangsit goreng.
Jika masih kurang berat, mi kangkung belacan silakan dilirik.
Campuran mi kuning, kangkung, udang, dan telur dadar. Berhubung masakan
Chinese, maka sajian ini diolah bersama cabai.
Selain menjual kopi dalam bentuk minuman, Kopi Tiam Ong juga menjual
kopi dalam bentuk biji. Harganya Rp 120 ribu per 100 g. Biji ini
kemudian digiling dan dimasukkan ke plastik kedap udara. Agar cita rasa
kopi tetap terasa, begitu sudah dibuka maka harus habis dalam jangka
sebulan.
Per hari rata-rata kedai ini menjual 40 cangkir kopi hitam. Sedangkan
kopi luwaknya antara 8 dan 10 cangkir. O, ya di sini ada fasilitas
internet nirkabel gratis.
(Wisata Jajan Medan)
Kopi Tiam OngJln. Dr Mansyur No.39
Medan
Jam buka: 11.00 – 24.00
View Larger Map